Sabtu, 17 Maret 2012

Kedudukan Masbuq Berjamaah

Tanya Kang Abu, saya ingin bertanya mengenai hadits mengangkat (lagi) imam untuk yang masbuq, apa kang haditsnya? Kedudukan haditsnya gimana? Menurut pendapat akang gimana tentang hal ini ?   Priska Bdg dll.

JawabHadits yang dijadikan sandaran bahwa dalam shalat yang makmum ketinggalan (masbuq) yang kebetulan jumlah yang masbuqnya lebih dari satu orang, boleh membuat formasi/menjadi shalat berjama’ah adalah yang terdapat dalam kitab shahih muslim, jilid II bab ”al-mashu ’ala an-Nashiyah" begitu juga terdapat dalam bab ”taqdimu al-jama’ah man yushalli” dengan redaksi yang sedikit berbeda. Berikut adalah haditsnya:

أَنَّ الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ غَزَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبُوكَ قَالَ الْمُغِيرَةُ فَتَبَرَّزَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ الْغَائِطِ فَحَمَلْتُ مَعَهُ إِدَاوَةً قَبْلَ صَلَاةِ الْفَجْرِ فَلَمَّا رَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيَّ أَخَذْتُ أُهَرِيقُ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ الْإِدَاوَةِ وَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثُمَّ ذَهَبَ يُخْرِجُ جُبَّتَهُ عَنْ ذِرَاعَيْهِ فَضَاقَ كُمَّا جُبَّتِهِ فَأَدْخَلَ يَدَيْهِ فِي الْجُبَّةِ حَتَّى أَخْرَجَ ذِرَاعَيْهِ مِنْ أَسْفَلِ الْجُبَّةِ وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثُمَّ تَوَضَّأَ عَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ قَالَ الْمُغِيرَةُ فَأَقْبَلْتُ مَعَهُ حَتَّى نَجِدُ النَّاسَ قَدْ قَدَّمُوا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ فَصَلَّى لَهُمْ فَأَدْرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى الرَّكْعَتَيْنِ فَصَلَّى مَعَ النَّاسِ الرَّكْعَةَ الْآخِرَةَ فَلَمَّا سَلَّمَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُتِمُّ صَلَاتَهُ فَأَفْزَعَ ذَلِكَ الْمُسْلِمِينَ فَأَكْثَرُوا التَّسْبِيحَ فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ ثُمَّ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ قَالَ قَدْ أَصَبْتُمْ يَغْبِطُهُمْ أَنْ صَلَّوْا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا

"Bahwasannya Muqhirah bin Syu’bah menceritakan, bahwa dia berperang bersama Rasulullah Saw diperang Tabuk. Mughirah berkata; Rasulullah hendak membuang hajat, kemudia mencari tempat yang tertutup, maka aku bawakan satu ember air sebelum shalat subuh, ketika beliau kembali, aku tuangkan air dari ember itu ketangannya, beliau membasuh tiga kali, kemudian membasuh wajahnya, kemudian menyingsingkan jubahnya untuk mengeluarkan lengannya, akan tetapi lengan jubah itu sempet, maka Rasulullah memasukan tangannya kedalam jubahnya dan mengeluarkannya dari bawah jubah, maka beliau membasuh kedua tangannya sampai kedua sikunya, kemudian beliau berwudlu di atas khuf (maksudnya tidak membasuh kaki, tapi beliau cukup mengusap bagian atas khuf (semacam kaos kaki yang terbuat dari kulit), kemudian beliau bergegas (menyusul rombongan), Mughirah berkata: akupun bergegas bersama beliau, maka kami mendapati rombongan (para sahabat) sedang shalat, dan Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam mereka, dan sudah masuk rakaat terakhir. Maka ketika Abdurrahman bin Auf salam dan selesai shalat, Rasulullah menyempurnakan shalatnya, maka hal itu membuat kaum muslimin keheranan (Rasulullah menjadi ma’mum), merekapun memperbanyak tasbih, maka ketika Rasulullah selesai shalat, beliau menghadap kepada para sahabat dan berkata: ahsantum (kalian telah berbuat benar), Mughirah berkata: atau beliau waktu itu mengatakan: kalian benar, dimana mengajak manusia untuk shalat tepat pada waktunya.
Dalam riwayat lain dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun pada kasus yang sama:

عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ تَخَلَّفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَخَلَّفْتُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى حَاجَتَهُ قَالَ أَمَعَكَ مَاءٌ فَأَتَيْتُهُ بِمِطْهَرَةٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ وَوَجْهَهُ ثُمَّ ذَهَبَ يَحْسِرُ عَنْ ذِرَاعَيْهِ فَضَاقَ كُمُّ الْجُبَّةِ فَأَخْرَجَ يَدَهُ مِنْ تَحْتِ الْجُبَّةِ وَأَلْقَى الْجُبَّةَ عَلَى مَنْكِبَيْهِ وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ وَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِ وَعَلَى خُفَّيْهِ ثُمَّ رَكِبَ وَرَكِبْتُ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَوْمِ وَقَدْ قَامُوا فِي الصَّلَاةِ يُصَلِّي بِهِمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَقَدْ رَكَعَ بِهِمْ رَكْعَةً فَلَمَّا أَحَسَّ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ فَصَلَّى بِهِمْ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْتُ فَرَكَعْنَا الرَّكْعَةَ الَّتِي سَبَقَتْنَا

Dari muqhirah bin syu’bah dari ayahnya dia berkata: Rasulullah tertinggal (dari rombongan pasukan) dan aku tertinggal bersama beliau, ketika beliau selesai dari hajatnya, beliau bertanya apakah kamu ada air? Maka aku bawakan ember (tempat bersuci), kemudian membasuh kedua telapak tanganya, wajahnya dan menyingkap lengannya, namun lengan jubahnya terlalu sempit, maka beliau mengeluarkan tangannya dari bahwa jubah, dan meletakkan jubahnya di atas bahunya, kemudian beliau membasuh kedua lengannya dan mengusap ubun-ubunnya, dan bagian atas surbannya serta kedua khufnya (semacam kaos kaki dari kulit), kemudian beliau naik (kendaraan) dan akupun naik, ketika kami sampai pada rombongan kaum (para sahabat), mereka sedang shalat yang diimami oleh Abdurrahman bin Auf, dan sudah selesai satu rakaat, ketika (Abdurrahman bin Auf) menyadari kedatangan Rasulullah, dia mundur, maka Rasulullah memberi isyarat kepadanya, maka (Abdurrahman bin Auf) meneruskan tetap mengimami shalat mereka, maka ketika Abdurrahman bin Auf salam (selesai shalat), Rasulullah berdiri, dan aku berdiri, kami ruku’ (menyempurnakan) rakaat yang tertinggal.
Namun dalam hadits tersebut diatas, sejauh pemahaman saya tidak ada redaksi yang menunjukkan secara pasti bahwa Rasulullah Saw dengan Mughirah bin Syu’bah shalat secara berjama’ah ketika menyempurnakan raka’at yang tertinggal.
Mungkin lafadz “ركعنا /kami ruku’ (menyempurnakan rakaat yang tertinggal)”, itu yang difahami bahwa Rasulullah Saw dalam menyempurnakan rakaat yang tertinggal dilakukan dengan berjama’ah bersama Mughirah yang menggunakan kata kami. Sehingga dalam terjemahannya diterjemahkan berjama’ah. Padahal kata kami tidak menunjukkan bersama atau berjamaah, akan tetapi menunjukkan lebih dari satu orang (yang masbuq). Artinya Mughirah menerangkan dirinya dan Rasulullah menyempurnakan (menambah) rakaat yang tertinggal. Sekali lagi tidak ada dalam hadits tersebut lafadz yang menunjukkan kami lakukan dengan berjama’ah. Hal itu dikuatkan dengan hadits yang sebelumnya, dimana Mughirah hanya menerangkan bahwa Rasulullah kemudian menyempurnakan shalatnya, tanpa menerangkan dirinya sendiri, sehingga tidak menggunakan lafadz ”kami”. Jika ditinjau dari segi hukum fikih, bahwa makmum yang masbuq mempunyai status (nilai) berjama'ah, sebagaimana dengan jama’ah awal yang telah selesai shalat itu. Hal ini berdasarkan keterangan, diantaranya :
" …. Barangsiapa mendapati satu raka'at bersama imam berarti ia telah  mendapati shalat jama'ah" (Muttafaqun 'Alaihi dari Abi Harairah)
"….. Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat Jum'at atau shalat jama'ah lainnya berarti ia telah mendapati shalat berjama'ah" (Sunan Ibnu Majah I/202 no. 1110 dari Ibn Umar)
"….Jika shalat telah ditegakkan maka janganlah kamu mendatanginya dengan tergesa-gesa. Berjalanlah dengan tenang dan kerjakanlah apa yang kamu dapati bersama imam serta sempurnakanlah apa yang terluput darinya" (Shahih Muslim I/420 no. 602 dari Abi Hurairah)
Hadits diatas menunjukkan bahwa pahala berjamaah telah terpenuhi, sekalipun hanya kebagian satu rakaat bersama imam berjamaah, tanpa harus membuat shalat berjamaah baru. Apalagi kalau kita melihat bagaimana saat para shahabat menambah satu rakaat (lagi) sampai lebih dari 2 orang (dalam shalat khauf), setelah mendapat satu rakaat masing-masing kelompok dengan Nabi saw. Dan para shahabat bahkan menambahkannya rakaat itu dikatakan masing-masing.
Dari Ibn Umar ra. berkata : Saya pernah (pergi) berperang bersama Rasulullah saw. Diarah Nejd, dan keadaan kami menghadap musuh. (Ketika mau shalat) kami membikin beberapa barisan menghadap mereka. Kemudian Rasul saw berdiri dan shalat bersama kami. Lalu satu golongan/barisan shalat (dulu) bersamanya dan satu barisan lagi menhadap musuh. Lalu Nabi ruku dan sujud dua kali (shalat satu rakaat) bersama barisan itu. Kemudian (barisan itu yang shalat) menggantikan tempat yang belum shalat (menghadap musuh). Lalu mereka (barisan penjaga musuh) datang dan Nabi shalat (juga) bersama mereka satu rakaat (ruku dan sujud), kemudian Nabi saw salam. Lalu berdiri (menambah rakaat) tiap-tiap seorang dari mereka, dan mereka ruku dan sujud dua kali (menambah satu rakaat) dengan sendiri-sendiri (HR.Bukhary Muslim). Allohu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar